Imam Syafi’i, salah satu dari empat imam dalam Islam, dikenal tidak hanya sebagai seorang ulama besar tetapi juga sebagai seorang pemikir yang mendalam. Salah satu ungkapan beliau yang sering dikutip adalah, “Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan.” Ungkapan ini mengandung makna yang sangat mendalam dimana hingga kini masih relevan, khususnya dalam konteks pendidikan dan menuntut ilmu.
Makna Ketabahan dalam Konteks Ilmu
Ketabahan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk tetap bertahan, berusaha, dan berkomitmen dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang muncul selama proses menuntut ilmu. Hal ini termasuk: ketekunan dalam belajar, kesabaran dalam menghadapi kesulitan, hingga kemauan untuk terus berusaha meskipun hasilnya belum terlihat.
Ketabahan bukan hanya tentang bertahan dalam kondisi sulit, tetapi juga tentang menjaga semangat dan motivasi dalam jangka panjang. Proses menuntut ilmu sering kali memerlukan waktu yang tidak singkat, dan tanpa ketabahan, seseorang mungkin akan mudah merasa lelah atau putus asa.
Ketabahan dalam Perspektif Sejarah
Sejarah mencatat banyak contoh orang-orang besar yang menunjukkan ketabahan luar biasa dalam menuntut ilmu. Salah satu contohnya adalah Imam Syafi’i sendiri. Beliau memulai perjalanan ilmiahnya sejak usia muda dan menempuh perjalanan jauh untuk belajar dari berbagai ulama ternama pada masanya. Ketabahan beliau dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan sarana dan prasarana, menjadi kunci utama dalam keberhasilannya mencapai puncak keilmuan.
Contoh lainnya adalah Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern. Ketabahan Ibnu Sina dalam menuntut ilmu terlihat dari usahanya yang tak kenal lelah dalam membaca, meneliti, dan menulis, bahkan ketika menghadapi berbagai tantangan politik dan sosial.
Ketabahan dalam Konteks Modern
Di era modern ini, ketabahan tetap menjadi elemen kunci dalam meraih ilmu. Meskipun akses terhadap pengetahuan menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi dan internet, tantangan baru muncul dalam bentuk distraksi dan informasi yang berlebihan. Ketabahan diperlukan untuk tetap fokus pada tujuan, memilah informasi yang bermanfaat, dan terus berusaha meningkatkan diri.
Contoh nyata dari ketabahan dalam konteks modern adalah para peneliti dan ilmuwan yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan penemuan baru. Mereka sering kali menghadapi kegagalan berulang kali sebelum akhirnya mencapai keberhasilan. Tanpa ketabahan, banyak penemuan penting yang mungkin tidak akan pernah terwujud.
Membangun Ketabahan dalam Diri
Mengingat pentingnya ketabahan, bagaimana kita bisa mengembangkannya dalam diri kita? Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
- Menetapkan Tujuan yang Jelas: Memiliki tujuan yang jelas akan memberikan motivasi dan arah dalam belajar. Tujuan ini sebaiknya realistis dan dapat diukur.
- Mengembangkan Rutinitas Belajar: Disiplin dalam menjalani rutinitas belajar akan membantu membentuk kebiasaan yang mendukung ketabahan.
- Mengelola Waktu dengan Baik: Manajemen waktu yang baik akan membantu mengurangi stres dan meningkatkan efisiensi dalam belajar.
- Mencari Dukungan: Dukungan dari keluarga, teman, atau mentor dapat memberikan dorongan moral dan motivasi tambahan.
- Melihat Kegagalan sebagai Pembelajaran: Alih-alih melihat kegagalan sebagai akhir dari segalanya, anggaplah kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Kesimpulan
Ungkapan Imam Syafi’i bahwa “Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan” mengajarkan kita bahwa proses menuntut ilmu adalah perjalanan panjang yang memerlukan komitmen, kesabaran, dan ketekunan. Dalam menghadapi berbagai tantangan, ketabahan menjadi kunci utama yang akan membawa kita menuju keberhasilan. Baik di masa lalu maupun di era modern ini, ketabahan tetap relevan dan menjadi fondasi utama dalam pencapaian keilmuan. Mari kita terus berusaha membangun ketabahan dalam diri kita, sehingga kita dapat meraih ilmu yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan masyarakat.